Sabtu, 19 Februari 2011

Meja Harapan

         Remish dan saudara-saudaranya baru saja pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggir kota Greenwald. Mereka membeli rumah tersebut dengan uang warisan dari ayah dan ibu mereka. Ayah dan ibu mereka baru saja meninggal karena sakit. Sedangkan mereka diusir dari rumah ayah dan ibu mereka karena tidak mempunyai izin tinggal.  Rose, sang kakak yang berumur 13 tahun sedang membereskan barang - barang mereka di rumah baru tersebut. Remish yang berumur sepuluh tahun sedang mengelilingi rumah baru tersebut sekaligus menelusuri kamar - kamar yang ada disana. Melanie yang pelit dan sombong sangat malu mempunyai rumah yang kecil. Ia pun segera menuju ke teras dan mendapati pemandangan jelek. Rumah kecil mereka berada di seberang sebuah pasar tradisional yang besar dan padat. Melanie kemudian menyuruh saudaranya yang lebih muda, Kelly untuk membereskan barang-barang dan kamar Melanie. Sedangkan Kelly yang baru berumur lima tahun menurut saja diperintah Melanie yang tiga tahun lebih tua darinya.
        Setelah membereskan dan merapikan rumah dan barang-barang, Rose, Remish dan Kelly merasa lelah. Sementara Melanie sedang tidur di kamarnya, mereka menuju ke dapur untuk membuat kudapan. Mereka membuat kue panekuk dengan bahan yang mereka bawa dari rumah lama mereka. Secangkir teh, dan sepiring panekuk. Cukup membuat perut senang, pikir mereka. Sebelum makan, Remish yang suka membuat dan membaca puisi, membacakan puisinya secara spontan.

Di rumah baruku
Di kala hujan menerpa bumimu
Di kala dingin menyerbu kulitku
Aku dan saudaraku
Membuat kudapan sore yang sendu
Secangkir teh penuh rindu
Sepiring panekuk dengan madu
Membuatku semakin merindukanmu, ibu
Semakin ingin mencicipi masakanmu
Ah, andai ayah dan ibu
Masih disini menemaniku
Karena aku dirumahku
Masih merajut kasih dan rasa rindu padamu

      Semua bertepuk tangan selepas dibacakannya puisi mengharukan tersebut. Mereka pun segera memakan panekuk yang telah ada di setiap piring setiap anak. Tiba-tiba sendok yang dipegang oleh Remish terjatuh. "Remish, apa yang terjatuh?" Tanya Rose. "Hanya sendok, kak." Jawab Remish. Remish segera meraih sendok tersebut dengan tangan kanannya. Saat ia meraih sendok, ia melihat sebuah tulisan di kaki meja yang berbentuk silinder tersebut. "Hey, apa ini? Siapa yang membuatnya?" Tanya Remish. Meja tersebut ditinggalkan begitu saja oleh pemilik rumah yang lama. Rose dan Kelly segera menundukkan kepalanya ke arah kaki meja dan memperhatikan tulisan tersebut. Tulisan tersebut dibuat dengan mengukir. Tulisannya berbunyi ...
"HATI-HATI!
HANYA YANG 'BERKERUDUNG MERAH' YANG BISA MENGIKUTI PESAN INI.
LETAKKAN TANGANMU DI ATAS MEJA, KEMUDIAN UCAPKAN HARAPANMU.
HARAPANMU AKAN TERWUJUD!
'SERIGALA' TAK AKAN BISA MEWUJUDKAN HARAPANNYA"

 "Apa maksud tulisan ini?" Tanya Rose. Semua hanya menggeleng. Mereka mengabaikan tulisan tersebut dan kembali makan. Namun, Remish yang masih penasaran terus memikirkan hal tersebut.
         Seminggu kemudian, mereka mulai kehabisan makanan. Rose berpikir untuk bekerja. Ia pun melamar pekerjaan di beberapa pabrik dan toko serta kios. Namun, tak ada pabrik maupun toko ataupun kios yang ingin menerima Rose, karena usia Rose masih terlalu kecil. Rose kembali ke rumah dengan wajah kecewa. Mereka mulai memikirkan cara untuk mengatasi masalah tersebut. "Aku ada ide! Bagaimana kalau kita menjual baju-baju kita?" Usul Kelly. "Kelly,baju-baju kita hanya sedikit. Lagipula sebagian sudah tidak layak pakai." Jawab Rose. Melanie masih diam dan menangis. Remish memikirkan kembali tulisan yang terukir di kaki meja makan. Dengan ragu-ragu ia mengusulkan usulnya. "Semuanya, bagaimana kalau kita mencoba pesan yang terukir di kaki meja makan?". Semua menatap lesu Remish. "Itu tak akan berhasil, Remish." Kata Rose dengan kecewa. 
             Remish yang penasaran segera menuju ke meja makan meninggalkan saudara-saudaranya yang masih termenung sedih. Ia membaca kembali tulisan tersebut kemudian mengambil sebuah jaket merah bertudung dari kamarnya dan memakainya. "Semoga ini menjadi akhir dari penderitaan kami."Katanya dalam hati. Kemudian ia menarik napas panjang dan meletakkan tangannya di atas meja. Sambil menutup matanya, ia berkata "Aku ingin makanan enak yang cukup untuk saudara-saudaraku dan cukup untuk satu bulan.". Setelah itu, ia membuka mata dan menatap sekelilingnya. Ia tak melihat sesuatu yang berubah dari tempat itu. Ia pun menuju ke kamarnya sambil menunduk sedih. Saat ia membuka pinu kamarnya, pintu tersebut tersendat. Seperti ada yang mengganjal pintu tersebut. Pintu yang sudah terbuka sebagian segera dimasuki paksa oleh Remish. Saat ia menutup pintu kamarnya dari dalam kamar, ia terkejut. Terlihat banyak kardus bertuliskan 'Jagung' dan 'Roti'. Masing-masing 4 kardus. Ia segera memanggil saudara-saudaranya. "Siapa yang mengirim semua ini?Tiba-tiba saja ada di kamarku."Kata Remish. "Apa yang sudah kamu lakukan, Remish?" Tanya Rose ketika menemukan selusin jagung dalam kardus bertuliskan 'Jagung' tersebut. Remish menjawab dengan polos. "Aku mengikuti pesan yang terukir di kaki meja makan.". Rose dan Kelly segera memeluk Remish dengan bahagia. Sedangkan Melanie hanya tersenyum kecut. "Baiklah, kardus ini kan ada empat. Cukup untuk masing-masing. Bawalah ke kamar kalian masing-masing." Kata Rose. Mereka segera membawa dan meninggalkan Remish dengan kardus roti dan jagungnya sendirian. Remish duduk di kasurnya dan tersenyum bahagia.
          Sebulan kemudian, giliran Rose yang berharap di meja makan tersebut. Kali ini setelah ia berharap makanan untuk sebulan, ia pergi ke rumah seorang tetangga yang bernama Bu Danish. Rose bertanya tentang asal usul rumah yang ia dan saudara-saudaranya tempati sekarang. Ternyata rumah tersebut dan isinya adalah milik sebuah keluarga penyihir. Seorang penyihir yang bertindak sebagai ayah membuat rumah tersebut beserta isinya. Bahkan ada beberapa furniture yang dimantrai untuk membantu pekerjaan rumah tangga sang istri. Namun karena ada gerakan 'Pemusnahan penyihir' dari tentara kota Greenwald, keluarga penyihir tersebut pindah dari rumah tersebut dengan segera. Mereka hanya membawa barang yang diperlukan saja. Lalu terdengar kabar bahwa keluarga penyihir tersebut tewas dibunuh tentara kota ketika sedang menuju ke kota lain. Warga yang tadinya ingin menempati rumah tersebut bahkan menjauhi dan tidak pernah melewati rumah tersebut. Sampai Bu Danish menjualnya kepada Rose dan saudara-saudaranya.
           Semua terkejut mendengar cerita yang dituturkan oleh Rose. "Aku ingin pindah saja dari tempat ini.Daripada harus melewati hari-hari bersama hantu penyihir!!!" Ujar Melanie. "Melanie, tunggulah sebentar. Kita belum melihat tanda-tanda adanya hantu di rumah ini bukan?" Kata Rose. "Iya kak. Tapi suatu saat pasti hantu penyihir itu akan meminta rumahnya kembali. Aku akan pergi saja!" Teriak Melanie. "Kemana, Mel?" Tanya Remish. "Aku akan pergi ke panti asuhan!" Teriak Melanie lagi. Kemudian Melanie segera mengemasi barangnya dalam ransel dan segera pergi dari rumah tersebut. Mereka hanya menunduk sedih dan menangis lirih."Kak, mengapa kakak tidak bisa menahan Melanie?" Tanya Remish. "Aku tak akan bisa menahan Mel."Jawab Rose. Tiba-tiba Kelly menghampiri Remish dan Rose yang sedang termenung. "Kak,bisakah kita berharap pada meja makan agar Kak Melanie kembali?" Kata Kelly dengan polosnya. Sejenak Rose dan Remish terhenyak dengan perkataan Kelly. Mereka berpikir "Kelly yang selama ini menjadi 'pembantu' pribadi Melanie ternyata tidak pernah mengeluh dan memikirkan ataupun membenci Melanie sebagaimana yang aku rasakan.". Rose dan Remish kemudian memeluk Kelly dengan erat dan menangis sambil berkata"Walaupun kita sudah berharap, Kak Mel tak akan kembali, Kelly sayang.". Hari itu berlalu dengan wajah-wajah murung mereka di kamar masing-masing.
        Di kamar, Remish sama sekali tidak terpikir untuk tidur walaupun saat itu sudah menunjukkan pukul 24.00. Ia masih memikirkan kejadian tadi siang yang membuat anggota keluarganya termenung sedih. Ia pun akhirnya menuruti matanya untuk tidur dan menangis dalam mimpi.
        Keesokan harinya, Remish telah siap dengan mengenakan pakaian ziarah berwarna ungu dan sebuah topi berjaring. Kelly yang baru saja bangun tidur langsung bertanya "Kakak mau pergi kemana?Kelly tidak diajak?" ."Kelly, kakak mau pergi ke sebuah tempat yang jauh. Kelly di rumah saja bersama Kak Rose yaa...". Setelah berkata begitu, Remish segera mengambil keranjang bunga dan meninggalkan rumahnya. Rupanya Remish ingin mengunjungi makam ibu dan ayahnya. Ia pun segera berjalan menuju makam yang berada dekat perbatasan antara kota Greenwald dan Huckleberry Town. Makam ibu dan ayah berada di kota Huckleberry Town dan makam tersebut adalah makam yang masih sepi. Makam tertua hanya makam seorang pemahat dan keluarganya yang meninggal dua puluh tahun yang lalu. Remish segera menuju makam ibunya. Ia berlutut dan berbicara "Ibu, banyak kejadian menyedihkan yang membuat aku bersedih. Aku selalu ingin bercerita kepada ibu dan mendengarkan nasihat dari ibu. Ibu, seandainya ibu masih disini, menemani aku, Kelly dan Kak Rose yang kesepian, ibu. Melanie telah pergi ibu, ia tak tahan dengan banyaknya penderitaan kami..." Tak terasa rok cantiknya telah dibasahi oleh air matanya sendiri yang mengalir tiada jeda. Tiba-tiba seorang wanita menghampirinya. "Apa yang membuat gadis cantik sepertimu menangis?" Wanita tersebut menyentuh pundak Remish. Remish terkejut. Ia membalikkan badannya dan menatap tajam wanita tersebut. Melihat yang dihadapannya seorang nenek yang berambut panjang terawat dan cantik, Remish segera berdiri. Kemudian ia menghapus air matanya dan menarik napas pelan. "Mereka orang tua ku, nek. Mereka baru saja meninggal tiga bulan yang lalu. Sekarang aku tinggal bersama saudara-saudaraku di sebuah rumah kecil di tepi kota Greenwald." .Rupanya nenek tersebut terkejut dan bertanya lagi "Bagaimana dengan kehidupan kalian selama ini? Apa yang kalian makan?" . Sambil tersenyum Remish berkata "Syukurlah ada sebuah keajaiban dari sebuah meja makan di rumah tersebut. Kami selalu memohon makanan dari meja ajaib di rumah tersebut. Namun kini kami bosan. Kami ingin bekerja sendiri." . Mendengar hal itu, nenek tersebut ikut tersenyum dan berkata "Kalian pasti bisa hidup lebih sejahtera. Nah, ini aku mempunyai bibit tanaman sayur, tanamlah dan keluarga kalian akan bahagia!".  Remish menerima bungkusan berisi bibit tersebut dan berterima kasih.  Kemudian Remish pulang.
          Sesampainya di rumah, ditanamnya bibit tersebut di kebun belakang.  Dirawatnya hingga tak terasa satu bulan sudah bibit tersebut ditanam dan kini sudah bisa dipanen.  "Kak, mari kita ke pasar dan menjual semua sayuran ini!" Ajak Remish kemudian.  "Sayuran?apa tidak sebaiknya kita makan saja, Remish?"  Tanya Rose.  "Kak, kita masih bisa mengandalkan 'meja harapan' untuk makanan."  Jawab Remish dengan lembut.  Akhirnya Rose setuju.  Rose, Remish, dan Kelly kemudian pergi ke pasar untuk menjual sayuran mereka.  Anehnya, sayuran itu walaupun laris tetapi tidak pernah habis.  "Bagaimana ini kak?Sayuran ini tak habis-habis?"  Tanya Remish.  "Baiklah mari kita jual di rumah saja. Kita menjaganya bergantian. Aku, kamu, dan Kelly.mengerti?" Jawab Rose.  Semua setuju. Mereka memindahkan kios mereka ke teras rumah dan membuka kios dengan peralatan seadanya.  Namun sampai seminggu mereka menjual sayuran tersebut, tetap belum habis. Bahkan kebun mereka selalu menghasilkan sayuran.  Padahal sayuran mereka sangat murah, namun laris.  Setiap hari pembeli mngerubungi kios mereka seperti lalat mengerubungi makanan.  "Aku lelah sekali, lebih baik sayuran di kebun tidak usah dipetik lagi.  Biarkan saja membusuk.  Kita juga butuh istirahat."  Kata Rose kelelahan.  Akhirnya sayuran di kebun tidak pernah dipanen dan membusuk.  Namun kemudian sayuran yang membusuk tersebut berubah menjadi sebuah pohon sakura yang berwarna merah muda.  Cantik sekali.
             Tiba-tiba Remish mempunyai ide hebat. Yaitu membuat taman wisata di kebun mereka.  Dengan modal yang didapat dari penjualan sayuran, mereka membangun taman tersebut dan sukses! Setahun kemudian mereka telah menjadi jutawan dan masuk ke setiap koran di kota, bahkan di negara tersebut.  Mereka memutuskan untuk membeli rumah yang lebih besar di pinggir kota dan tetap membuka taman wisata tersebut.  Hidup mereka bahagia hingga mereka mempunyai cucu yang meneruskan usaha mereka.  Mereka sangat berterima kasih kepada nenek yang tinggal di pemakaman yang sebenrnya adalah arwah dari penyihir pembuat meja harapan.
           Meja harapan masih berada di museum taman wisata dan kemudian dicuri oleh seorang wanita.  Wanita tersebut memohon bukan makanan tetapi uang yang sangat banyak dan perhiasan.  Tak disangka rumahnya dirampok dan ia dibunuh.  Remish yang mendengar kabar tersebut segera datang ke makam wanita tersebut.  Ia kaget ketika melihat nisan tersebut bernama: Melanie Huggleborn yang ternyata adalah adiknya.  Begitulah orang serakah tidak pernah hidup sejahtera.
            Sampai sekarang meja harapan masih hilang dan diperebutkan.







-------------------------------------TAMAT----------------------------------------