Sabtu, 02 Agustus 2014

Helena dan Eterna




         Tersebutlah sebuah negeri bernama Joyful dengan pemimpinnya seorang ratu bernama Ratu Everine. Ratu Everine mempunyai seorang putra bernama Pangeran Edward. Dulu, Ratu Everine bergelar permaisuri. Sejak suaminya gugur dalam perang, Permaisuri Everine menggantikan suaminya memerintah negeri Joyful dengan gelar Ratu Everine.
         Pangeran Edward adalah seorang putra mahkota yang lincah dan cekatan. Sejak masa kecil ia sudah berlatih anggar, memanah dan berkuda. Hingga saat usianya kini yang ke-20, ia sudah memimpin perang menggantikan ayahnya yang gugur. Wajahnya tampan. Ia juga tinggi. Ia juga selalu ramah kepada rakyat Joyful. Ia pun disukai rakyat Joyful.
         Pada suatu hari di singgasana Ratu Everine di aula besar istana.

" Uhuk-uhuk...uhuk-uhuk...Pelayan ambilkan minum dan obatku." 

          Ratu Everine terbatuk berat dan terlihat pucat. Pada waktu yang sama Pangeran Edward baru saja kembali dari berlatih perang. Ia melihat ibunya sakit dan menghampiri ibunya.

"Ibunda, apa yang telah terjadi pada ibunda? Apa sakit ibunda kambuh?Pelayan,  berikan padaku obat dan minum untuk ibu." 

            Pangeran Edward dengan cekatan menyuapkan obat ke dalam mulut ibunya dan meminumkan air ke dalam mulut ibunya . Setelah meminum obat, Ratu Everine terlihat lebih segar dan tersenyum ke arah Pangeran Edward. 

"Anakku Edward, ibu rasa sudah saatnya kau mencari istri."

"Apa? Tapi kenapa ibu?"

"Ibu sudah tua Edward. Sudah sepantasnya kau memiliki pendamping untuk diberi gelar permaisuri atau bahkan Ratu nantinya." Ratu Everine tersenyum.

"Ibunda, haruskah?"

"Tentu saja Edward!" Senyum Ratu Everine berubah menjadi wajahnya yang keras dan tegas. 

"Kau punya beberapa hari untuk mengencani gadis gadis bangsawan yang akan datang kesini untuk berdansa denganmu pekan depan. Persiapkan dirimu dan pilih yang terbaik!" Mata Ratu Everine terlihat berbinar-binar sehingga Pangeran Edward tersenyum.

---
      Seminggu kemudian Pangeran Edward sudah mendekati gadis-gadis bangsawan satu persatu. Dan hari ini adalah hari ke enam dimana ia akan memutuskan siapa yang ia pilih di antara gadis-gadis bangsawan. 
     Gadis-gadis bangsawan telah berkumpul di tengah aula istana sedangkan para pelayan menunggu di luar istana.Tak berapa lama datanglah Ratu Everine bersama Pangeran Edward.

"Selamat datang, wahai gadis-gadis bangsawan yang telah beruntung dapat menemani anakku, Pangeran Edward selama sehari dalam seminggu. Bagaimana perasaan kalian?" Ratu Everine memulai.


        Namun gadis-gadis itu diam. Mereka sedikit pun tak ada yang berbicara. Saling dorong. Tiba-tiba seorang gadis berambut coklat panjang bergaun biru tua berbahan kaku maju, Membuat gadis-gadis bangsawan lainnya tergelak mundur.

"Perkenalkan yang mulia" Ia membungkuk dan mengangkat gaunnya pelan.
"Nama saya  Helena." Ia mulai berdiri tegap. Kepalanya terangkat sempurna. Aura seorang bangsawan jelas terlihat.
"Saya berasal dari keluarga bangsawan Montromency." Ia tersenyum dan membungkuk kembali. 
"Kesan saya selama ini dari yang mulia Pangeran Edward adalah..." Ia hentikan ucapannya. Kemudian melirik ke arah Pangeran Edward.
"Dia sangat baik dan perhatian. Peduli rakyat miskin dan sangat dermawan. Saya sangat bahagia bisa bertemu Pangeran Edward." Kemudian ia mengembangkan senyum manisnya perlahan.

        Para tamu undangan di aula tersebut bertepuk tangan untuk keberanian Helena. Helena mundur beberapa langkah, bercampur kembali dengan teman-teman bangsawannya. Pangeran Edward terlihat antusias dan berbisik pada ibunya. Ratu Everine kemudian tersenyum sambil maju selangkah.

"Baiklah putra ku ini sudah memutuskan. Sekarang silahkan kalian menuju rumah masing-masing untuk nantinya diberi surat keputusan dari Pangeran Edward. Terima kasih atas kehadirannya. " Ratu Everine mengakhiri acara hari itu. 

---

         Malam harinya Pangeran Edward tidak bisa tidur. Ia tidak lagi memikirkan kepada siapa surat keputusan pernikahan akan diberikan. Namun ia memikirkan bagaimana ia akan melewati hari-hari nya nanti bersama Helena, gadis yang telah merebut hati nya dari gadis-gadis bangsawan lain yang lebih cantik. Ia tersenyum. Kemudian ia tidur. Berharap ia bertemu Helena kembali dalam mimpinya.

---

       Keesokan harinya, para gadis telah berkumpul di aula istana. Mereka masing-masing berbicara dan membanggakan diri. Mereka sangat optimis bahwa mereka lah yang akan dipilih oleh Pangeran Edward menjadi istrinya. 
        Hingga tiba tiba pintu aula terbuka. Seseorang bergaun biru tua berbahan kaku muncul. Tepat seperti kemarin. Sepatu kulit biru menghiasi kakinya. Helena. Namun hari ini ia berbeda. Ia tidak tersenyum sama sekali. Bahkan tidak memandang sekitarnya. Ia berjalan angkuh di atas karpet merah. Mengangkat gaunnya tinggi-tinggi sehingga sebagian kakinya terlihat.
       Tak lama berselang, Ratu Everine dan Pangeran Edward memasuki aula istana. Pangeran Edward mencari-cari sosok Helena, dan didapatnya Helena tengah mengipas wajahnya dengan kipas. Mata nya genit menatap mata Pangeran Edward.
      Pangeran Edward dan ibunya kemudian duduk sembari sekretaris kerajaan membacakan pembukaan acara. Pangeran Edward kemudian menatap Helena kembali. Helena rupanya tengah menyemprotkan parfum pada sekujur tubuhnya. 
"Ibunda, apa ibunda merasa ada yang aneh pada Helena?" Bisik Pangeran Edward
"Iya, ibu merasa begitu. Tapi itulah Helena yang kau mau bukan?"
Jawab Ratu Everine tanpa menoleh ke arah Pangeran Edward.
"Ya, tentu saja ibu. Tapi aku tak yakin bahwa itu Helena!" Sambil terus berbisik.
"Kau akan tau bahwa dia Helena atau bukan."
"Bagaimana caranya ibunda?" Pangeran Edward kemudian mendekati ibundanya.
"Lakukan apa yang kau lakukan padanya seminggu yang lalu."
     Pangeran Edward mengangguk. Ia beranjak dari sisi ibundanya.  Kemudian menghampiri dan menarik Helena menuju labirin istana.  Pangeran Edward membawa Helena menuju taman di tengah labirin.  Sementara di luar ruangan, seorang perempuan muda yang mengenakan gaun cokelat lusuh mengamati keduanya dengan sedih.

---

    
            Pangeran Edward menarik Helena terus ke dalam labirin.   Tapi kemudian dia berhenti.
“Helena, sejak kapan kau suka mengenakan gelang-gelang?” Pangeran Edward bertanya sambal menunjuk gelang-gelang mewah di tangan Helena.
“Gelang-gelang ini sudah melingkar di tangan ku sejak aku berusia 17 tahun, Ed.” Jawab Helena sambal terus melirik genit kea rah Pangeran Edward.
“Ah, baiklah.” Pangeran Edward merasa ada yang aneh, jadi ia melepaskan genggaman dari tangan Helena dan berjalan ke arah labirin.  Helena panik dan mengejar Pangeran Edward.  Ia kemudian berjalan di samping Pangeran Edward.
“Ed, kita akan pergi kemana? Tempat ini gelap, aku takut!” Helena memeluk lengan Pangeran Edward tiba-tiba.
“Kita akan ke taman labirin.  Kau ingat kan, apa yang kita lakukan minggu kemarin?” Pangeran Edward melepaskan tangan Helena dari tangannya pelan-pelan.
“Ah, tentu saja.” Helena tersenyum menyeringai.
---
            Pangeran Edward duduk d kursi taman bersama Helena.  Kemudian Pangeran Edward mengeluarkan sebuah kotak emas dari kantung jas nya.  Helena tampak terkejut tapi tetap menjaga wajahnya agar terlihat berkelas.
“Kau tau kan, isi kotak ini?” Tanya Pangeran Edward.
“Tentu saja, Ed.” Jawab Helena angkuh.
“Isinya adalah cincin untuk melamarku, bukan?”
“Aku tau itu, kau pasti menyukai ku.”
            Pangeran Edward meletakkan kotak emas itu di tanah kemudian hendak menginjaknya.  Helena menghentikan Pangeran Edward.  Ia mengambil kotak emas itu dan memeluknya.  Pangeran Edward sangat terkejut.
“Kenapa kotak emas berisi cincin ini ingin kau injak?”Tanya Helena.   Pangeran Edward tidak menjawab.  Ia hanya berlutut kemudian mengambil kotak emas itu dan mengarahkan pada Helena.  Helena tersenyum bahagia.
“Ini yang kau mau, kan?”
“Yes, Ed!” Helena mengangguk senang.
            Pangeran Edward perlahan membuka kotak emas itu di hadapan Helena.  Tapi sebelum semuanya terbuka, Pangeran Edward menyembunyikan kotak emas itu dalam jas nya dan bertanya pada Helena.
“Helena, kau ingin cincin ini, atau menikah denganku?”
“Tentu saja cincin ini, Ed! Apa bedanya?” Helena marah tidak sabar.
“Baiklah, jika kau ingin cincin ini, katakan dimana pelayanmu.” 
“Aaah pelayan ku? Mereka ada di gerbang masuk istana.  Sekarang cepat lah kau buka kotaknya! Aku tak sabar untuk berkata ‘Ya’”
 Helena yang hanya fokus pada kotak emas nya menjawab dengan malas.  Pangeran Edward tersenyum kemudian berdiri dan menyerahkan kotak emas itu pada Helena.

“Buka lah sendiri, Helena! Datanglah ke Istana besok jika kau menerima isi kotak itu!” Kemudian Pangeran Edward berlari keluar labirin dengan bahagia.
“Huh untung saja kau pangeran! Kalau bukan sudah kujadikan tukang semir sepatu! Naah mari kita lihat cincin kita…hihihi.”
             
         Perlahan Helena membuka kotak emas itu.  Dan isinya adalah seekor hamster.  Helena terpaku melihat isi kotak emas itu.  Namun tiba-tiba hamster tersebut loncat ke arah Helena sehingga Helena panik dan berteriak keras.

“KYAAAAAAAA!!!!!” Teriakannya terdengar hingga telinga ratu yang masih ada di aula.
Ratu mengangguk dan tersenyum 
“Aku lega, dia bukan calon menantuku.”
---
            Sementara itu Pangeran Edward berlari keluar labirin menuju gerbang istana.  Rombongan pelayan Helena ada disana.  Mereka semua mengenakan pakaian cokelat lusuh.  Ketika melihat Pangeran Edward, tiba-tiba mereka langsung memberi hormat.

“Hey, aku rasa nona kalian sedang bermasalah.  Coba kalian lihat dia di dalam labirin sana.” Kata Pangeran Edward.
             
           Kemudian sebagian pelayan Helena berlari menuju labirin untuk membantu Helena.  Sedangkan Pangeran Edward menghampiri seorang pelayan yang masih menunduk.  Wajahnya ditutupi tudung dari jubahnya.  Pangeran Edward membuka tudungnya dan melihat wajahnya.  Kemudian Pangeran Edward tersenyum dan memeluk pelayan itu.

“Aku mencarimu selama ini.” Bisik Pangeran Edward pada gadis pelayan itu.
“Maafkan aku, Pangeran.” Gadis itu menangis dalam pelukan Pangeran Edward.
“Tapi, bagaimana kau bisa mengetahui bahwa dia itu bukan aku?” Gadis itu menatap Pangeran Edward.
“Jelas saja.  Pertama, dia beritngkah seperti wanita angkuh.  Kedua, dia mengenakan gelang-gelang mewah.  Ketiga, Dia benar-benar gila harta.  Keempat, dia tidak tahu apa isi kotak emas untukmu, sehingga saat dia tau, itulah yang terjadi.” Jela Pangeran Edward
“Tapi pangeran, aku akan dipecat oleh keluargaku sendiri.”
“Tidak akan.  Kami yang akan memecat Helena dari klan Monromency karena telah mencemari nama baik keluarga ini.” Tiba-tiba seorang nyonya kaya datang dari gerbang istana. 
“Aku telah mendengar cerita tentang penderitaanmu, Eterna.  Tidak kusangka bahwa aku akan membuatmu menjadi seperti ini.  Seharusnya aku tidak pernah meninggalkan kalian.” Nyonya tersebut memeluk gadis pelayan yang bernama Eterna tersebut.
            
 Pangeran Edward terlihat bingung dan menatap mereka berdua.  Nyonya kaya tadi segera menarik Eterna dan Pangeran Edward untuk segera masuk dan menemui ibunda Ratu Everine.
---
“Perkenalkan, nama saya Eterna dari keluarga Monromency.  Saya adalah putri pertama dari Lady Felicia dan Lord Henry Monromency.  Adik saya bernama Helena dan dia adalah saudara kembar saya.  Sepuluh tahun yang lalu ibu saya pergi meninggalkan kami untuk mengurus urusan keluarganya di Liverpool.  Namun setelah itu, ia tak pernah kembali ke rumah.  Ayah kami putus asa menunggu ibu dan menikahi seorang dari bangsawan lain, Courtesy Milliana, tiga tahun kemudian.  Courtesy Milliana sangat menyukai adik saya yang berkepribadian mewah dan penuh gaya.  Karena itu lah Helena menjadi semakin berkuasa di rumah kami sendiri apalagi sejak kematian ayah kami.  Sehingga pada suatu hari ketika Pangeran Edward mengadakan sayembara kepada gadis bangsawan, saya dan Helena ingin mengikutinya.  Tapi Courtesy Milliana melarang Helena untuk ikut, jadi beliau mengizinkan saya untuk ikut atas nama Helena.  Begitulah mengapa ini bisa terjadi.  Hormat saya, Eterna Monromency.”
           
         Ratu Everine sendirian duduk di dalam ruang bacanya.  Ia tengah membaca surat dari Eterna dengan seksama.  Ia tersenyum dan merobek kertas itu lalu melemparnya ke dalam perapian.  Kemudian melihat ke arah foto keluarga kerajaan yang terpampang di atas perapian itu.

“Kau bukan lagi Eterna Monromency, anakku.  Kau adalah Putri Eterna dari klan Monromency mulai sekarang.”

-fin-