Tersebutlah sebuah negeri bernama Joyful dengan pemimpinnya seorang ratu bernama Ratu Everine. Ratu Everine mempunyai seorang putra bernama Pangeran Edward. Dulu, Ratu Everine bergelar permaisuri. Sejak suaminya gugur dalam perang, Permaisuri Everine menggantikan suaminya memerintah negeri Joyful dengan gelar Ratu Everine.
Pangeran Edward adalah seorang putra mahkota yang lincah dan cekatan. Sejak masa kecil ia sudah berlatih anggar, memanah dan berkuda. Hingga saat usianya kini yang ke-20, ia sudah memimpin perang menggantikan ayahnya yang gugur. Wajahnya tampan. Ia juga tinggi. Ia juga selalu ramah kepada rakyat Joyful. Ia pun disukai rakyat Joyful.
Pada suatu hari di singgasana Ratu Everine di aula besar istana.
" Uhuk-uhuk...uhuk-uhuk...Pelayan ambilkan minum dan obatku."
Ratu Everine terbatuk berat dan terlihat pucat. Pada waktu yang sama
Pangeran Edward baru saja kembali dari berlatih perang. Ia melihat
ibunya sakit dan menghampiri ibunya.
"Ibunda, apa yang telah terjadi pada ibunda? Apa sakit ibunda kambuh?Pelayan, berikan padaku obat dan minum untuk ibu."
Pangeran Edward dengan cekatan menyuapkan obat ke dalam mulut ibunya
dan meminumkan air ke dalam mulut ibunya . Setelah meminum obat, Ratu
Everine terlihat lebih segar dan tersenyum ke arah Pangeran Edward.
"Anakku Edward, ibu rasa sudah saatnya kau mencari istri."
"Apa? Tapi kenapa ibu?"
"Ibu
sudah tua Edward. Sudah sepantasnya kau memiliki pendamping untuk
diberi gelar permaisuri atau bahkan Ratu nantinya." Ratu Everine
tersenyum.
"Ibunda, haruskah?"
"Tentu saja Edward!" Senyum Ratu Everine berubah menjadi wajahnya yang keras dan tegas.
"Kau
punya beberapa hari untuk mengencani gadis gadis bangsawan yang akan
datang kesini untuk berdansa denganmu pekan depan. Persiapkan dirimu dan
pilih yang terbaik!" Mata Ratu Everine terlihat berbinar-binar sehingga
Pangeran Edward tersenyum.
---
---
Seminggu kemudian Pangeran Edward sudah mendekati gadis-gadis
bangsawan satu persatu. Dan hari ini adalah hari ke enam dimana ia akan
memutuskan siapa yang ia pilih di antara gadis-gadis bangsawan.
Gadis-gadis bangsawan telah berkumpul di tengah aula istana sedangkan
para pelayan menunggu di luar istana.Tak berapa lama datanglah Ratu
Everine bersama Pangeran Edward.
"Selamat
datang, wahai gadis-gadis bangsawan yang telah beruntung dapat menemani
anakku, Pangeran Edward selama sehari dalam seminggu. Bagaimana
perasaan kalian?" Ratu Everine memulai.
Namun gadis-gadis itu diam. Mereka sedikit pun tak ada yang
berbicara. Saling dorong. Tiba-tiba seorang gadis berambut coklat
panjang bergaun biru tua berbahan kaku maju, Membuat gadis-gadis
bangsawan lainnya tergelak mundur.
"Perkenalkan yang mulia" Ia membungkuk dan mengangkat gaunnya pelan.
"Nama saya Helena." Ia mulai berdiri tegap. Kepalanya terangkat sempurna. Aura seorang bangsawan jelas terlihat.
"Saya berasal dari keluarga bangsawan Montromency." Ia tersenyum dan membungkuk kembali.
"Kesan
saya selama ini dari yang mulia Pangeran Edward adalah..." Ia hentikan
ucapannya. Kemudian melirik ke arah Pangeran Edward.
"Dia
sangat baik dan perhatian. Peduli rakyat miskin dan sangat dermawan.
Saya sangat bahagia bisa bertemu Pangeran Edward." Kemudian ia
mengembangkan senyum manisnya perlahan.
Para tamu undangan di aula tersebut bertepuk tangan untuk keberanian
Helena. Helena mundur beberapa langkah, bercampur kembali dengan
teman-teman bangsawannya. Pangeran Edward terlihat antusias dan berbisik
pada ibunya. Ratu Everine kemudian tersenyum sambil maju selangkah.
"Baiklah
putra ku ini sudah memutuskan. Sekarang silahkan kalian menuju rumah
masing-masing untuk nantinya diberi surat keputusan dari Pangeran
Edward. Terima kasih atas kehadirannya. " Ratu Everine mengakhiri acara
hari itu.
---
Malam harinya Pangeran Edward tidak bisa tidur. Ia tidak lagi
memikirkan kepada siapa surat keputusan pernikahan akan diberikan. Namun
ia memikirkan bagaimana ia akan melewati hari-hari nya nanti bersama
Helena, gadis yang telah merebut hati nya dari gadis-gadis bangsawan
lain yang lebih cantik. Ia tersenyum. Kemudian ia tidur. Berharap ia
bertemu Helena kembali dalam mimpinya.
---
Keesokan harinya, para gadis telah berkumpul di aula istana. Mereka
masing-masing berbicara dan membanggakan diri. Mereka sangat optimis
bahwa mereka lah yang akan dipilih oleh Pangeran Edward menjadi
istrinya.
Hingga
tiba tiba pintu aula terbuka. Seseorang bergaun biru tua berbahan kaku
muncul. Tepat seperti kemarin. Sepatu kulit biru menghiasi kakinya.
Helena. Namun hari ini ia berbeda. Ia tidak tersenyum sama sekali.
Bahkan tidak memandang sekitarnya. Ia berjalan angkuh di atas karpet
merah. Mengangkat gaunnya tinggi-tinggi sehingga sebagian kakinya
terlihat.
Tak lama
berselang, Ratu Everine dan Pangeran Edward memasuki aula istana.
Pangeran Edward mencari-cari sosok Helena, dan didapatnya Helena tengah
mengipas wajahnya dengan kipas. Mata nya genit menatap mata Pangeran
Edward.
Pangeran Edward
dan ibunya kemudian duduk sembari sekretaris kerajaan membacakan
pembukaan acara. Pangeran Edward kemudian menatap Helena kembali. Helena
rupanya tengah menyemprotkan parfum pada sekujur tubuhnya.
"Ibunda, apa ibunda merasa ada yang aneh pada Helena?" Bisik Pangeran Edward
"Iya, ibu merasa begitu. Tapi itulah Helena yang kau mau bukan?"
Jawab Ratu Everine tanpa menoleh ke arah Pangeran Edward.
"Ya, tentu saja ibu. Tapi aku tak yakin bahwa itu Helena!" Sambil terus berbisik.
"Kau akan tau bahwa dia Helena atau bukan."
"Bagaimana caranya ibunda?" Pangeran Edward kemudian mendekati ibundanya.
"Lakukan apa yang kau lakukan padanya seminggu yang lalu."
Pangeran Edward mengangguk. Ia beranjak dari sisi ibundanya.
Kemudian menghampiri dan menarik Helena menuju labirin istana.
Pangeran Edward membawa Helena menuju taman di tengah labirin.
Sementara di luar ruangan, seorang perempuan muda yang mengenakan gaun
cokelat lusuh mengamati keduanya dengan sedih.
---
Pangeran Edward menarik Helena terus
ke dalam labirin. Tapi kemudian dia
berhenti.
“Helena, sejak kapan kau suka
mengenakan gelang-gelang?” Pangeran Edward bertanya sambal menunjuk
gelang-gelang mewah di tangan Helena.
“Gelang-gelang ini sudah
melingkar di tangan ku sejak aku berusia 17 tahun, Ed.” Jawab Helena sambal terus
melirik genit kea rah Pangeran Edward.
“Ah, baiklah.” Pangeran Edward
merasa ada yang aneh, jadi ia melepaskan genggaman dari tangan Helena dan
berjalan ke arah labirin. Helena panik
dan mengejar Pangeran Edward. Ia
kemudian berjalan di samping Pangeran Edward.
“Ed, kita akan pergi kemana?
Tempat ini gelap, aku takut!” Helena memeluk lengan Pangeran Edward tiba-tiba.
“Kita akan ke taman labirin. Kau ingat kan, apa yang kita lakukan minggu
kemarin?” Pangeran Edward melepaskan tangan Helena dari tangannya pelan-pelan.
“Ah, tentu saja.” Helena
tersenyum menyeringai.
---
Pangeran Edward duduk d kursi taman
bersama Helena. Kemudian Pangeran Edward
mengeluarkan sebuah kotak emas dari kantung jas nya. Helena tampak terkejut tapi tetap menjaga
wajahnya agar terlihat berkelas.
“Kau tau kan, isi kotak ini?”
Tanya Pangeran Edward.
“Tentu saja, Ed.” Jawab Helena
angkuh.
“Isinya adalah cincin untuk
melamarku, bukan?”
“Aku tau itu, kau pasti menyukai
ku.”
Pangeran Edward meletakkan kotak
emas itu di tanah kemudian hendak menginjaknya.
Helena menghentikan Pangeran Edward.
Ia mengambil kotak emas itu dan memeluknya. Pangeran Edward sangat terkejut.
“Kenapa kotak emas berisi cincin
ini ingin kau injak?”Tanya Helena. Pangeran Edward tidak menjawab. Ia hanya berlutut kemudian mengambil kotak
emas itu dan mengarahkan pada Helena.
Helena tersenyum bahagia.
“Ini yang kau mau, kan?”
“Yes, Ed!” Helena mengangguk
senang.
Pangeran Edward perlahan membuka
kotak emas itu di hadapan Helena. Tapi
sebelum semuanya terbuka, Pangeran Edward menyembunyikan kotak emas itu dalam
jas nya dan bertanya pada Helena.
“Helena, kau ingin cincin ini,
atau menikah denganku?”
“Tentu saja cincin ini, Ed! Apa
bedanya?” Helena marah tidak sabar.
“Baiklah, jika kau ingin cincin
ini, katakan dimana pelayanmu.”
“Aaah pelayan ku? Mereka ada di
gerbang masuk istana. Sekarang cepat lah
kau buka kotaknya! Aku tak sabar untuk berkata ‘Ya’”
Helena yang hanya fokus pada kotak emas nya
menjawab dengan malas. Pangeran Edward
tersenyum kemudian berdiri dan menyerahkan kotak emas itu pada Helena.
“Buka lah sendiri, Helena!
Datanglah ke Istana besok jika kau menerima isi kotak itu!” Kemudian Pangeran
Edward berlari keluar labirin dengan bahagia.
“Huh untung saja kau pangeran!
Kalau bukan sudah kujadikan tukang semir sepatu! Naah mari kita lihat cincin
kita…hihihi.”
Perlahan Helena membuka kotak emas
itu. Dan isinya adalah seekor hamster. Helena terpaku melihat isi kotak emas
itu. Namun tiba-tiba hamster tersebut
loncat ke arah Helena sehingga Helena panik dan berteriak keras.
“KYAAAAAAAA!!!!!” Teriakannya
terdengar hingga telinga ratu yang masih ada di aula.
Ratu mengangguk dan tersenyum
“Aku
lega, dia bukan calon menantuku.”
---
Sementara itu Pangeran Edward
berlari keluar labirin menuju gerbang istana.
Rombongan pelayan Helena ada disana.
Mereka semua mengenakan pakaian cokelat lusuh. Ketika melihat Pangeran Edward, tiba-tiba mereka
langsung memberi hormat.
“Hey, aku rasa nona kalian sedang
bermasalah. Coba kalian lihat dia di
dalam labirin sana.” Kata Pangeran Edward.
Kemudian sebagian pelayan Helena
berlari menuju labirin untuk membantu Helena.
Sedangkan Pangeran Edward menghampiri seorang pelayan yang masih
menunduk. Wajahnya ditutupi tudung dari
jubahnya. Pangeran Edward membuka
tudungnya dan melihat wajahnya. Kemudian
Pangeran Edward tersenyum dan memeluk pelayan itu.
“Aku mencarimu selama ini.” Bisik
Pangeran Edward pada gadis pelayan itu.
“Maafkan aku, Pangeran.” Gadis
itu menangis dalam pelukan Pangeran Edward.
“Tapi, bagaimana kau bisa
mengetahui bahwa dia itu bukan aku?” Gadis itu menatap Pangeran Edward.
“Jelas saja. Pertama, dia beritngkah seperti wanita
angkuh. Kedua, dia mengenakan
gelang-gelang mewah. Ketiga, Dia
benar-benar gila harta. Keempat, dia
tidak tahu apa isi kotak emas untukmu, sehingga saat dia tau, itulah yang
terjadi.” Jela Pangeran Edward
“Tapi pangeran, aku akan dipecat
oleh keluargaku sendiri.”
“Tidak akan. Kami yang akan memecat Helena dari klan
Monromency karena telah mencemari nama baik keluarga ini.” Tiba-tiba seorang
nyonya kaya datang dari gerbang istana.
“Aku telah mendengar cerita
tentang penderitaanmu, Eterna. Tidak
kusangka bahwa aku akan membuatmu menjadi seperti ini. Seharusnya aku tidak pernah meninggalkan
kalian.” Nyonya tersebut memeluk gadis pelayan yang bernama Eterna tersebut.
Pangeran Edward terlihat bingung dan
menatap mereka berdua. Nyonya kaya tadi
segera menarik Eterna dan Pangeran Edward untuk segera masuk dan menemui ibunda
Ratu Everine.
---
“Perkenalkan, nama saya Eterna
dari keluarga Monromency. Saya adalah
putri pertama dari Lady Felicia dan Lord Henry Monromency. Adik saya bernama Helena dan dia adalah
saudara kembar saya. Sepuluh tahun yang
lalu ibu saya pergi meninggalkan kami untuk mengurus urusan keluarganya di Liverpool. Namun setelah itu, ia tak pernah kembali ke
rumah. Ayah kami putus asa menunggu ibu dan
menikahi seorang dari bangsawan lain, Courtesy Milliana, tiga tahun
kemudian. Courtesy Milliana sangat
menyukai adik saya yang berkepribadian mewah dan penuh gaya. Karena itu lah Helena menjadi semakin berkuasa
di rumah kami sendiri apalagi sejak kematian ayah kami. Sehingga pada suatu hari ketika Pangeran
Edward mengadakan sayembara kepada gadis bangsawan, saya dan Helena ingin
mengikutinya. Tapi Courtesy Milliana
melarang Helena untuk ikut, jadi beliau mengizinkan saya untuk ikut atas nama
Helena. Begitulah mengapa ini bisa
terjadi. Hormat saya, Eterna Monromency.”
Ratu Everine sendirian duduk di
dalam ruang bacanya. Ia tengah membaca
surat dari Eterna dengan seksama. Ia
tersenyum dan merobek kertas itu lalu melemparnya ke dalam perapian. Kemudian melihat ke arah foto keluarga
kerajaan yang terpampang di atas perapian itu.
“Kau bukan lagi Eterna Monromency,
anakku. Kau adalah Putri Eterna dari
klan Monromency mulai sekarang.”
-fin-