Kamis, 13 Maret 2014

Sisa Sisa Nasionalisme


Bukan sisa saya katakan!
Tetapi sisa-sisa...
Mengapa gerangan?
Karena jutaan orang mencampakkannya
Bukan hanya mereka yang gugur terpuing puing
Bukan hanya mereka yang malu ditelan makian
Tetapi sebagian besar!

Memang peluh menitik
Tentu, darah masih banyak terkorban
Tapi apalah artinya
Jika peluh dan darah suci ini terkorban untuk mereka
Yang merampas harta kita
Yang merampas tenaga kita
Penjajah!

Bukan, bukan penjajah seperti dulu
Penjajah yang datang dari negeri jauh
Angkat senjata, perang lalu mati. Bukan.
Ini penjajah yang lebih kejam daripadanya
Yang lebih tumpul dari belati
Namun lebih menusuk dari pisau
Penjajahan ekonomi dan penjajahan moral

 Kemana sisa-sisa nasionalisme kita?
Menjadi jelaga?
Lalu dihembus angin?
Kemana karakter sejati kita?
Hilang termakan usia?
Jangan pernah mengaku bangsa Indonesia!

Dulu nasionalisme bagaikan kayu
Yang terbakar semangat
Rindu kemerdekaan
Namun kini hanya lah seonggok abu hitam
Menyesal pun boleh, para pejuang kita

Jikalau kemudian abu nya menjadi kayu  kembali
Mengalahkan teori perubahan bentuk
Saya yakin, kita akan menjadi bangsa yang kuat
Yang menjunjung tinggi persatuan
Dan membenci penjajahan

Amin



14 Maret 2014, di suatu Jumat yang terik