Selasa, 17 Desember 2013

Siapa Jill?


Cerita ini dipilih secara random dari sekian banyak ide yang menggapai nurani dan jari gue untuk diceritakan.  Cerita ini bukan cerita gak biasa yang sangat keren atau keren banget atau pantas disandingkan dengan cerita karya master-master sastra Indonesia lainnya. Karena cerita ini hanya cerita pop remaja yang amatir. Jujur, gue juga gatau kenapa cerita ini bisa dimulai. Sekarang tanggal 17 Desember 2013 jam 18.07 WIB dan gue baru aja bikin pisang goreng yang (agak) gosong dan kecil-kecil. Sebenernya…itu kurang penting. Gue gatau harus dari mana mulai cerita ini. Dari gue lahir kan gak mungkin. Dari gue masuk SMA, lumayan melelahkan. Gimana kalo kau simak saja cerita ini?
---
                “Jill.  Dari jauh tampang preman.  Dari dekat tampang rupawan.  Kantong setebal daun pisang. Ilmu setinggi pohon pinang.  “
Desas-desus selalu berkata begitu.  Pantun 4 baris dengan rima akhiran N-Ng.  Legendaris di antara semua angkatan sekolah gue.  Guru-guru mengenalnya.  Tapi gak semua orang yang pernah dengar kabar itu tau siapa Jill sebenarnya.  Gosip tentang Jill menyebar begitu saja tanpa ada yang menyebarkan.  Agak mustahil, namun tidak pernah diketahui siapa yang memulai nya.  Hari ini gue datang ke sekolah, berniat ngasi tau mereka itu yang pada penasaran, siapa Jill sebenarnya.
SIAPA JILL?
                “Bro! Ada PR?” Gue teriak sesampainya di kelas.  Agak tercengang aja lihat anak sekelas sedang menunduk menatap kertas dan pulpen di tangan mereka.  Rasanya kok beda ya.  Semalem di grup bbm ga ada yang bilang kalo hari ini ada PR perasaan.   Apa tugas mendadak yang harus dikumpul jam pertama? Wah parah kalo sampe-sampe PR nya dari Bu Hurri.  Ah, gak mungkin.  Perasaan gue mulai gak enak waktu anak-anak menatap gue dengan pandangan “Lo siapa” ke gue dan…muka mereka bukan muka anak sekelas gue. Glek! Matilah kau Nusa! Gue mundur untuk sedikit melongok ke papan nama kelas di pintu.
---
                “Nusa! Lo ngapain disitu? “ Terdengar suara anak-anak IPS yang kebetulan lewat dan menertawakan gue dan kebodohan gue yang super sekali.  Gue masuk kelas XI IPA.
                Ketua mereka, Galih memulai pertandingan mulut dengan gue.  Dia maju satu meter lebih dekat dengan gue. “Nus, nus, nus. Heh idung! Lo udah kelas XII!” Kemudian mereka ngetawain gue lagi.
                “Galih, galih, galih. Nama gue NUSA! N.U.S.A. Bukan Nus, bukan idung.  “ Gue menegaskan.
                “G.U.E  G.A.K  P.E.D.U.L.I.” Dia bales lagi.  Kemudian ngasi ‘sign’ ke temen-temennya untuk bilang “GUE GAK PEDULI!” Dan menertawakan gue lagi.
                “Oke cukup, gue emang salah masuk kelas  karena gue lupa. “ Gue nyerah. Capek ngadepin Galih.
“Nah gitu dong, Idung.  Akuin aja kan biar cepet?” Dengan SKSD dan SNSD nya dia nepuk-nepuk punggung gue.
                “Iya, iya. Terima kasih ya…” Gue senyum dan angkat atribut gue. Kemudian lari sambil senyum sebelum nengok ke arah mereka  cuma untuk bilang “Terima kasih ya, ‘GUE GAK PEDULI’!” Dan ngeloyor ASAP entah kemana.
---
                Di kelas, Jill lagi.  Sejak seminggu ini topik pembicaraan selalu saja Jill.  Jill yang bisa ini lah bisa itu lah.  Mereka gatau aja Jill siapa sebenernya.  Jill yang asli yang selalu meng-hide identitas asli nya.  Jill yang cerita nya selalu ditambah-tambah kan oleh pihak pihak tak berwenang.
                Mulai dari Norah “Tau gak, katanya Jill bisa ngelihat hantu loh!” yang dengan gossip nya berhasil menarik mata para gadis-gadis di kelas.
                “Trus katanya dia bisa baca pikiran kita! Waah beruntung banget kalo bisa jadi ceweknya!” Gue yakin dalem hati dia bilang ‘Strike berat!!’ melihat reaksi gadis-gadis kemudian nyamperin dia dan dengan keponya dan polosnya bertanya lebih banyak tentang Jill. Trik basi yang masih tertelan oleh gadis-gadis kelas.  Gue geregetan.  Gue samperin mereka. Gue ambil kursi dari tempat duduk gue dan duduk dekat mereka.
“Gue bisa lihat hantu.”
Sedang yang lain masih fokus memerhatikan Norah, Irena menoleh ke gue.  “Nusa beneran bisa lihat hantu?”  Gue tersenyum.
“Iyalah, Ren.  Masa Nusa bohongin Rena sih.” Gue senyum ramah.  Ramah+bahagia sampe pengen bilang ‘Strike berat!!’ dalam hati. 
“Rena, rena. Wkwk.” Gue terkekeh ringan sambil melamun.
“Eh, Rena kenapa, Nusa?” Tanya dirinya.
“Gapapa,  Rena cantik kok.” Jawab gue seadanya.
“Eh, Nusa bisa baca pikiran juga?”  Tanya Polly tiba-tiba.  Membuyarkan konsentrasi Norah dalam cerita serunya.  Wajah Norah lecek seperti uang seribu kembalian dari supir angkot.
“Bisa dong.” Masih dalam senyum percaya diri.
“Coba buktiin!” Asha berseru.
Gue tertantang.  Gue pasang gaya kibas rambut ala mentalis yang sebenarnya tidak punya rambut.  Kemudian gue tatap mata salah satu dari gadis-gadis kelas.
“Maryam, coba pikirin sesuatu yang bikin kamu senang.”
Maryam mengangguk kemudian membalas tatapan matgue.  Gue menatap matanya dalam, kemudian menutup mata gue lama.  Seolah memikirkan sesuatu.  Tapi sebenarnya memang perih membuka matamu tanpa berkedip selama 1 menit.
“Apa? Maryam mikirin apa, Nusa?” Polly mendesakgue.
“Sebentar dong, Nusa kan gak secepat itu bisa nyampe ke pikiran nya Maryam. Hmm…” Gue menggumam (sok) bingung.  Gue lihat gadis-gadis itu semua memperhatikan gue.
“Maryam itu…senang sama sesuatu…rahasia.” Gue nyeletuk asal.
“Eh, yakin? Nusa ngarang aja kali.” Kata Asha
“Wah kamu gak percaya, Sha? Tuh liat muka Maryam langsung merah gitu. Hahaha.”
Serempak gadis-gadis itu melihat ke wajah Maryam yang mendadak merah muda. 
Tapi tiba-tiba Norah menyahut “Kok rahasia sih, Nus? Lo ngarang kan? Kasi tau dong rahasia apa biar kita percaya lo gak ngarang. Coba buk…. ”
“JANGAN NUSA! Jangan disebutin plis banget gue mohon. Ya? Ya? Ya?” Maryam tiba-tiba berteriak.  Membuat gadis-gadis itu tercengang.  Termasuk Norah yang akhirnya menutup mulutnya yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.  Gue tersenyum dan mengangguk.
“Jangan-jangan lo itu Jill, ya, Nus?” Irena bertanya dengan polosnya.  Gadis-gadis itu mengangguk cepat. 
Gue terkekeh senang.  Guys, you’re so…dumb!  Gadis-gadis polos itu, huft, gue gak ngerti lagi sama mereka.  Yeah, they believe in me.  I’m their Jill.  Gue beranjak ke arah kantin diiringi tatapan terkesima mereka.
Namun di ujung lorong gue sempat mendengar Polly berteriak kembali
“Eeh? Berarti Jill itu cewek ya? Yaah padahal gue pengen deketin Jill nyaaaaa….”
Ups, maaf ya Polly, gue bikin lu kecewa dan
Maaf ya girls, udah bohongin kalian.
---
                Niat gue gak tersampaikan buat ngasi tau siapa Jill yang sebenernya.  Tapi kalo lo semua mau tau, boleh kok.  Bukan, bukan gue.  Jill yang sebenernya yang ngasi tau gue kalo dialah Jill.  Dia emang ganteng, tinggi, pintar dan sederhana.  Walaupun ya, agak ngeselin kadang-kadang.  Heheh, dia cowok idaman gue dari kelas X.  Yaa gue ga bakal biarin gadis lain ngerebut dia dari gue.  Dia lagi duduk di kursi kantin sekarang.  Menunggu gue. 
“Sorry, lama.” Gue tersenyum.
“Gapapa. “ Dia juga tersenyum
“Ehm, Nusa.” Sambungnya. 
“Ya?” Jawabgue
“Jangan membohongi teman-teman lu soal Jill itu lah.  Harusnya lo biarin itu tetep jadi misteri, Idung.” Dia mencolek hidungku.
Mati kau Nusa.
“Kok???!!!...”
Dia mengunci mulut gue dengan jari telunjuknya. 
“I know what you did, Nus. Idung.” Dia mengedipkan sebelah mata nya.  Kemudian tersenyum.
Ternyata Jill memang bisa membaca pikiran ya. 





Jumat, 13 Januari 2012

From my hope, to my friend

         Dusk was coming ... but, Ayumi Mihara author's famous novel has not looked too. In fact, she promised me to come to a place that promised last night, when I called him.  
         My name is Ardisha  lufhina, usually called Disha. I am a big fan of Ayumi, a famous novelist who has been publishing a lot of novels. Last night, I called Ayumi into his mobile phone number. Fortunately, when I called he was not busy. I always wanted to meet directly with her, immediately asked to meet at a popular cafe in a mall. Incidentally, this day I follow the lessons in a tutoring institute at the mall.  
           Before I went to tutoring, I've told my mom about my return that may be somewhat. When tutoring, I could not concentrate on lessons taught by the teacher. I'm too busy thinking about beautiful moments when meeting Ayumi. However, I do not think she did not keep her promise. 
            It was already at 17.00 but my wait has nothing. In fact, last night I asked him to meet at the Lily Cafe, at 16.30. However, passing at 17.00 ever - awaited yet to come. I'm disappointed. Finally I called my mom to pick me up. At home, I immediately entered the room and locked my self in a room. I sobbed. Ayumi Why not come? I've sacrificed my favorite television show to wait for her. Finally, after dinner, i telephone Ayumi. But she could not lift my calls also. Perhaps being busy. I can not wait until he pick up the phone. Immediately, I hang up and then I slept.
         
The next day, at school I heard the faint of Ayumi. In a newspaper that is read friend of mine, Lisa broke the news that morning, just yesterday afternoon that Ayumi suffered a severe traffic accident. After further clearly told about this, then I know, why Ayumi not come yesterday afternoon to see me. I heard this news, as fans of weight, feeling sad and guilty. Why yesterday I could hate him just because he did not come to see me that only a fan. After asking permission to mom, after school, me and my friends who is also a big fan of Ayumi went straight to the fruit shop to buy Ayumi's favorite fruits. After that, we went straight to the hospital where Ayumi treated there.
             
Arriving at the hospital, was already much too Ayumi fans who come and meet the corridor toward the room where Ayumi treated. We are the new arrivals do not know where to go waiting room to meet Ayumi. But suddenly someone admonish us. Turns out she is the mother of Ayumi, Mrs.Rose name. Mrs.Rose know that we will see Ayumi. But we can not enter the treatment room of Ayumi. Finally Mrs.Rose also tells about what happened yesterday. So, yesterday afternoon, Ayumi asked permission to meet a fan who called her weight overnight. However, on his way to a place that promised fans that weight, the driver who drove the car a headache and did not see a big truck in front of him. Finally there was the accident. Fortunately, Ayumi still be saved. After the talk, Mrs.Rose even sobbing, he could not hold back feelings that torment him as telling us. She also will ask for forgiveness from a big fan of Ayumi Hamasaki has been called to meet them. I also asked Mrs.Rose, a big fan of Ayumi's name. And it turns out I was right, the mother had been talking about is me! I also apologize to Mrs.Rose have made Ayumi be like this now. However Mrs.Rose reject my apology. He immediately told me to get into the treatment room Ayumi.
  
I was left alone in the treatment room. Apparently, Ayumi accident severe enough. His head was wrapped in thick bandages, and his hands encased in plaster for broken bones. I feel sorry for him. When Ayumi came to, I immediately tell who I am, and my relationship with his accident. Ayumi immediately apologized to me for not keeping his promise. I also apologized for causing him have an accident like this. We were together promises to be a friend.Three months later, Ayumi has been discharged from the hospital. Mama is also proud of me who had dared to apologize when I'm guilty. According to Mom, sorry I was so mean to cure Ayumi. Ayumi had become my best friend.
  
One day, Ayumi visit to my house. Seeing the many papers in my home, I invite Ayumi create novel together. Will my dream come true to become a famous novelist with Ayumi, my idol? My hope of course.